22 Agustus 2013

Dunia yang hilang

Seberapa pantas dikau berkicau tanpa makna
Mendapati dunia yang terlalu sempit untuk dijamah
Bualan terhadap setiap insan engkau torehkan
Kau bilang itu spesial?

Kenapa sajak-sajak ini masih kau tuliskan
sedang api unggun tetap mempesona meski membakar bunga-bunga indah
kau yang tertanda sudah mati hatinya
Masih membual untuk mereka yang tak tahu apa-apa dengan sifat aslimu
Lantas, kau bilang itu spesial?

Jika dunia yang dulu hilang
Mengapa masih berkutat membuat dunia yang lain
dunia yang mungkin akan selalu hilang
Tumbuh dan lagi-lagi hilang
Habis masa untuk membuat dunia-dunia fana
Jika tetap hilang, akankah masih tetap spesial?

Butuh waktu untuk membuktikan, dunia yang hilang itu adalah spesial.

Bogor, 23 Agustus 2013

24 Juni 2013

Hari spesial..

Bismillah

Semenjak subuh tadi, saya sudah berfikir, hari ini adalah hari terspesial, spesial karena respon fikiran saya demikian. Hal itu diperkuat dengan bersilaturahmi dengan teman-teman BSC (red: Bogor Science Club), tempat saya magang sekarang (Cie, padahal baru masuk, he) bisa diibaratkan se-abad tidak bertemu (Berlebihan sekali, ckck). Plus olahraga bareng, memecah kebekuan yang mungkin sempat tertanam atau tumbuh tak sengaja.

Hadis riwayat Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, ia berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi). (Shahih Muslim No.4638)

Shahih lho hadistnya, setau saya, silaturahmi benar-benar baik untuk rezeki dan usia anda, pemirsah facebookers. Ketemu sahabat, senyum, tertawa, bercerita, berbagi ilmu (bahkan ada yang masih sharing tentang tembakau, eitss, keceplosan, hehe, maaf mas), dampak positifnya ya sehat, minimal pikirannya sehat. Soal rezeki, jika silaturahmi tulus, insya Allah rezeki dalam bentuk apapun Allah kasih, bisa didefinisikan olahraga hari ini juga rezeki, bisa sehat, tubuhpun tak mudah rentan dengan penyakit. Impact keduannya memperpanjang usia.

Bertemu lagi dengan sosok anak sederhana, berbaju coklat, bertuliskan rooney dibelakangnya. Bukan pemain bola ternyata, malah wasit badminton. Penuh semangat, tertawa riang meski tidak mengenal siapa lawan bicaranya. Mungkin sebagian orang pun acuh dengannya. Sok kenal lo (yang ini ekspresi "gue" yang dulu, he). Tapi setelah membaca buku tentang akhlak rasul, justru saya bisa mengambil hikmah dari pertemuan saya dengannya. Anak yang polos, seperti sudah berkenalan lama. Senyum, bahkan menjawab dengan ramah ketika ditanya, benar-benar mencerminkan akhlak rasul.

Smile is the shortest distance between two people, senyum adalah jarak yang terdekat antara dua manusia, dalam kalimat bermakna, Nabi muhammad bersabda, "Senyummu dihadapan saudaramu adalah sedekah" (HR Tirmidzi)

Perkara kecil, yang mungkin saya sudah utarakan berkali-kali dalam status-status saya, karena saya merasa hal inilah yang membuat saya lemah untuk emosi, marah bahkan, selalu berfikir positif. Bahkan dalam hadist diatas, itu adalah sedekah. Yang penting, jangan sedekah diam-diam, alias senyum senyum sendiri, itu diluar pembahasan kita. Minimal tebar senyum saja, sedekah hari ini, bagi yang dompetnya kering, ada cara tersendiri untuk sedekah, yakni dengan senyum ya. Senyum kepada siapa saja. Sisanya, biar Allah dan malaikat disamping kita menghitung sudah berapa milyar si fulan sedekahkan hari ini. Intinya, keep smile mas/mba bro..

Yang terakhir adalah ramah. Ramah kepada siapapun, tebar salam kepada siapapun (ini yang masih belum saya laksanakan optimal pemirsah, jadi kalo ketemu saya tidak sapa, atau salam, tegur, bila perlu tabok aja, he). Seperti kata aisyah istri nabi, "Rasulullah adalah yang paling lemah lembut, selalu senyum dan tertawa" (Manajemen cinta sang nabi, hal 305). Dalam hadis yang lain disampaikan, bahwa Dari ibnu Mas'ud, "seseorang lelaki mendatangi Rasulullah, dia mengucapkan kata-kata dengan keras sehingga urat lehernya jelas terlihat, kemudian nabi berkata, "berlemah-lembutlah, aku bukanlah raja, aku hanya putra dari seorang perempuan yang makan daging kering (makan sederhana)" (HR Ibnu Majah).

Kurang lebih dari subuh tadi sampai penghujung dzuhur, mengambil hikmah dari beberapa kejadian. Allah yang mengatur, dan saya termasuk orang yang percaya itu, dan tidak ada satu detikpun terlewat tak memiliki makna. Hanya kita, manusia, yang cenderung mengambil hikmah ketika mendapat kondisi yang jelek, kondisi terbawah, padahal dari kondisi apapun, kita bisa mengambil pelajaran.

Saya tekankan saya bukan ustadz, yang pernah mondok di pesantren, saya hanya seorang manusia yang mencoba untuk memperbaiki diri, mengikuti apa kata nabi, apa kata Al Quran, walaupun masih belum bisa dilaksanakan semuanya. Yang membuat saya termotivasi adalah, saya ingin beruntung saja, di dunia dan akhirat. Seperti surat yang biasa kita baca nih

Demi masa sesunggunya manusia dalam keadaan merugi. kecuali orang orang yang beriman, beramal shaleh, saling sehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran." (Q.S Al-Asr 1-3)

Keep smile, ramah, dan tebar salam. ^^

Penghujung Dzuhur, 25 Juni 2013

11 Juni 2013

Jika Cinta

jika cinta sudah bicara
harusnya nestapa jadi bahagia
bencana tak menggeser kakinya
apalagi benci, apalah artinya

jika cinta sudah merona
lihat sana berbunga bunga
hitam jadi warna warna
bahkan gelapnya hati terang seketika

jika cinta sudah berada
dalam hati sang pengembara
tak ada kata tersesat apalagi terhina
hidayah, hidayah, berjuta rasanya

jika cinta masih tanda tanya
kejarlah, karena cintaNya tak biasa
gapailah, bagaimanapun caranya
karena cintaNya damai dan selalu membara
tak goyah meski dunia runtuh seisinya
tak terhitung meski banyak bintang tandingannya

jika cinta itu sempurna
maka dia pemilik satu satunya
rela menyebutnya berjuta juta
dialah Allah azza wa jalla..

09 Juni 2013

Waktu lalu

Teringat masa lalu
Yang penuh dengan kelabu
Semua serba terburu
Jiwa suci tersisih pilu
Semuanya tampak dan lantang dengan hawa nafsu

Teringat waktu lalu
Diri yang tak tahu malu
Datang dan meringis meminta ampunanMu
dan berjanji untuk tak akan kembali ke sifat-sifat itu

Teringat waktu baru
Datang lagi secercah harapan itu
Membelokkan kaki-kaki ketika terserang paket akut galau
Membaca, mengusahakan tetap membaca dan mengerti arti hadirMu
yang hadir dalam setiap detak jantungku
CintaNya tak berujung, ternyata bertawaf disekitarku.

Teringat waktu baru
Kirimkan sebait doa untukmu
Allahummagfirlahu, semoga Allah mengampuniMu
Yang tak bisa terjamah oleh tangan nyataku
Tempat kita boleh jauh
Waktu kita, boleh tak seindah dulu
Namun hati-hati kita selalu terpaut dalam ketaatan kepadaNya dan tak akan terbungkam oleh singkatnya waktu.

(Saiful Khair, 9 Juni 2013)

31 Mei 2013

Muslim itu



Muslim itu kuat
Bukan sepanjang hari bertampang melarat
Ditambah hati yang karat
Akumulasinya hanya bermaksiat

Muslim itu semangat
Tak akan takut dengan hujat
Tak takut juga dengan musuh nyata terlihat
Walau yang menghampiri sekalipun adalah maut

Muslim itu taat
Suasana hati selalu dekat
Dekat kepada Allah yang maha Melihat
Apa-apa yang diperbuat
Selalu menjadi panutan tanpa maksiat
Ketika jatuh ia cepat bangkit
Melawan arus meskipun sekarat
Cinta rabbnya selalu lekat
Yang membuat ia selalu berharga di tengah umat.

30 Mei 2013

Sanjungan buat Ayah

Sajak kering ku sampaikan
buat yang terlewat hampir beberapa saat
yang mungkin terbelenggu kala hati ini menjauh
yang bisa jadi tersiksa ketika ruh ini meregang lebar dariNya

hari ini, ku tahu jika dia semakin rapuh bila ada
hidup, bahkan sempat ku berasumsi, terbangun oleh dirinya dan ya, dia bersujud
lalu, para malaikat pun berjejer dengan saf nya yang rapat
mendengar bahwa rintihan seorang manusia untuk manusia
tak menyentuh jiwa yang satu..
bahkan merapuh, apa daya.
dia hanya seorang peminta,
peminta yang tulus kepada Tuhannya.

Malam terlewat sebentar lagi
ku tahu, ku semakin dicintai olehNya ketika menjauh dari kursi-kursi itu
Semakin tampan, jelas, tak perlu diragukan
Semakin sehat, kuat dan pintar, tak perlu dirisaukan
Namun, imbalan-imbalan itu ku tukar
untuk malam ini, khususkan utk mmberi sebait catatan Allah kepadanya
kepadanya yang merindu untuk dingat
yang merindu untuk di doa.

28 Mei 2013

Muhasabah di waktu yang singkat



Tepat dua hari yang lalu, sehabis melepas lelah sejenak setelah pulang dari Jakarta untuk menemani kakak, saya melanjutkan aktifitas dengan mengikuti rapat evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan sabtu kemarin. Bergegas mandi, shalat ashar, dan menuju tempat berteduh di tepi jalan untuk menunggu angkot ke kampus. Ada dua pilihan jalur angkot untuk menuju pintu depan kampus. Kita dapat memilih jalur ciampea dan kampus dalam. Karena sulitnya mendapati angkot kampus dalam, maka saya memilih angkot dengan jalur ciampea. Lumayan, tidak perlu menunggu lama. Beberapa menit setelah menunggu, angkot biru tampak reot menghampiriku dengan cepat. Naluri supirnya luar biasa. Sejauh ini tak ada yang luar biasa, naik dan duduk pada tempat duduk berhadapan dengan penumpang dan membelakangi supir. Di dalam angkot yang mungkin membawa saya selama 15 menit untuk sampai ke kampus, saya memperhatikan para penumpang. Semuanya lelaki dan umurnya sekitar 50an ke atas. Perhatianku satu persatu kepada mereka, dan saya merenungi beberapa hal berikut.

Bapak dengan sandal warna orange, dengan ujung kukunya tampak lecet. Umurnya sekitar 60 tahun. Tampak seperti pekerja bangunan, karena tangannya masih kelihatan ada tanah dan terlihat kurang bersih.  Tampak lesu dan tak bergairah. Saya berandai ketika saya diposisinya sekarang, dengan umur yang tidak muda, masih bekerja keras dan mungkin tidak tahu apa bisa memberi makan keluarganya hari ini apa tidak. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana hidup bapak tadi sewaktu muda, apakah ada usaha yang tidak maksimal, atau memang telah menyia-nyiakan banyak waktu untuk hal tak berguna?

Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.” (Ibnu Qayyim)

Bapak dengan baju agak lusuh, melihatku dengan agak aneh. Umurnya sekitar 55 tahun. Tidak jauh keadaannya dengan bapak tadi, menggunakan sandal dengan merk yang sama, namun dengan warna berbeda. Biru. Namun beliau juga membisu sama halnya dengan bapak tadi. Namun pekerjaannya mungkin adalah seorang pekerja lepas. Saya memperhatikan, apakah dalam diamnya dia masih mengingat siapakah yang mengatur alur nafasnya hingga saat ini? Apakah karena keadaanya seperti ini, miskin harta, akan jauh dari Allah? Akan jauh dari menyebut asmaNya?

 “Maka ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingat kalian.” (Q.S al-Baqarah:152)

Walau harta tak mampu kita dapatkan di dunia, minimal kita masih bisa menikmati harta akhirat, membelinya dengan Iman yang kokoh dan selalu mengingatNya dikala lapang.
Bapak yang menjadi supir angkot tersebut.  Dengan sigap mengendalikan angkot tua menuju kampus. Dengan melihat ke depan, menginjak panel gas dan rem dengan teratur, memainkan tangan pada setir dan memindahkan perseneling untuk mengatur kecepatan angkot pun dibuatnya mudah. Pelajaran yang dapat diambil adalah bagaimana kita sebagai makhluk Allah yang paling sempurna, dapat dengan tepat mengendalikan diri ketika berbagai masalah yang datang. Ini bukan masalah pada problem yang akan kita hadapi, tetapi bagaimana respon dan sikap kita menghadapi  masalah tersebut secara bijak dan tepat, dan pastinya bernilai ibadah kepada Allah. Dengan memanfaatkan shalat dan sabar sebagai penolong

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”.(Al-Baqarah: 45-46)

dan bersyukur atas semua cobaan yang telah dilalui, meski hasilnya itu buruk untuk kita. Buruk untuk kita, belum tentu buruk untuk Allah.  Lagipula, jika kita bersyukur apapun keadaan yang terjadi pada kita sekarang, insya Allah nikmat yang diberikan kepada kita akan bertambah, walau nikmat tersebut kelak terakumulasi di akhirat nanti.

”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Q.S.Ibrahim:7)

15 Mei 2013

APEL BUSUK



Sempat terkantuk karena tidurnya cuma beberapa jam, pagi dimulai dengan subuh berjamaah, kemudian membaca surat cintaNya. Alhamdulillah, nikmat ini bertumbuh begitu cepat, harus selalu bersyukur, apapun situasinya.

Evaluasi hari kemarin, bisa dibilang produktif. Beberapa "checklist" terlaksana. Mudah-mudahan keikhlasan senantiasa berbarengan dengan aktifitas kemarin, jadi bukan lelah saja sebagai efek samping, tapi pahala dariNya adalah efek utama yang dicari. Namun, ternyata ada aktifitas kemarin yang secara tidak langsung menabur kebencian terhadap sesama. Astagfirullah. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa yang tak terlihat ini.
Terlepas dari siapa yang benar dan yang salah, menjadi sangat penting menjelaskan masalah antara kedua pihak yang saling membenci satu sama lain, apalagi jika masalah itu dibiarkan berkembang semakin rumit dan lebih sulit solusinya.  Tentu, banyak dari manusia tidak ingin kondisi seperti ini. Musuh dimana-mana. Kampus ada musuh, mall ada musuh, pasar  juga ada musuh. Ya, semuanya dimusuhi bila perlu, jika dalam hati tidak ada lagi mental sebagai seorang pemaaf.

Sempat browsing dan baca mengenai ayat Al Quran yang berkaitan dengan kata maaf. Berikut kutipannya.

“Jadilah engkau pribadi yang pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan kebajikan serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-Araf (7): 199)

Rasulullah sebagai kiblatnya akhlak manusia adalah seorang pemaaf. Peristiwa Fathul makkah (Pembebasan kota makkah) sebagai contohnya. Tatkala kota tersebut dikuasai kaum muslimin, kaum Quraisy pun takut akan pembalasan yang “mungkin” akan dilakukan oleh Rasulullah sebagai pemimpin pada saat itu. Dalam hal ini kaum Quraisy dipimpin oleh Abu Sofyan mendatangi Rasulullah untuk meminta pengampunan. Namun apa yang terjadi? Bukan bentakan dan cacian yang diberikan Rasul, melainkan memaafkan kaum Quraisy tanpa syarat apapun.  Subhanallah. Maha suci Engkau ya Allah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai penyempurna akhlak.

Analogi sederhanapun tercipta, ketika membeli sekilo apel misalnya, dan ditaruh dalam satu plastik. Apel di dalam plastik itu diusahakan dibawa kemana-mana setiap hari. (Jangan dimakan ya.. :-)). Sehari, apel tersebut masih dalam keadaan segar. Layak dikonsumsi. Hari kedua, mungkin bisa dikonsumsi. Hari ketujuh? Ketigapuluh? Ternyata apel telah membusuk dan mungkin akan menabur aroma tak sedap bagi yang dekat dengan si pembawa apel. Dengan peluang bernilai 1 (pasti), si pemilik apel ini keluar dari zona nyaman. Orang disekitarnya pun demikian, merasa tidak nyaman dan mencium bau busuk dari si pembawa apel tersebut. Solusinya taktis, ya apelnya harus dibuang.
Begitulah rasa benci, penyakit hati yang dianalogikan sebagai apel busuk. Hanya memberi ketidaknyamanan dalam diri, menarik banyak musuh, dan mengalihkan fokus yang seharusnya tidak berlabuh pada penyakit itu. Solusinya adalah dibuang, dengan cara memaafkan. Rasulullah sebagai teladan saja seperti itu, pernah didzolimi dan membalasnya dengan memaafkan tanpa syarat, apalagi pengikutnya. Ikhlaskan hati untuk membuang benci dengan memaafkan. Insya Allah, berkah Allah akan mengikuti kemanapun pergi. Apalagi derajat yang Allah berikan untuk pemaaf yang ikhlas mendekati taqwa, bahkan surgapun merindukan orang-orang seperti ini.

“Dan jika kamu memaafkan, itu lebih dekat kepada taqwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 237).

06 Mei 2013

Pilih mana, mengakhiri dengan baik atau buruk?

Kullu nasfsin dzaaaiqotul mauut, wa nab'luukum bissyarri wal khoiri fitnah, wa ilainaa turja'un. (QS Al Anbiya: 35). Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.

Salah satu surat di dalam Al Qur'an yang begitu populer, jika dalam suatu interval waktu, kita dihadapkan dalam cobaan itu. Tentu ekspektasinya, cobaan itu bukan menimpa diri kita, tetapi orang lain. Bagaimana tidak, amal belum apa-apa, sudah dijemput paksa oleh malaikat Izrail. Tidak ada tawar menawar, tidak ada komunikasi terlebih dahulu, dan celakanya, tidak memandang usia, jabatan, profesi, dan lain lain. Muda, tua, tampan, cantik, presiden, ulama sekalipun tak dapat melobi malaikat menunda pekerjaan itu, titah Allah yang sudah ditulis di lauhul Mahfudz.

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Jika dilihat dari konteks biologis, yang memiliki nyawa, termasuk hewan, dan tumbuhan akan mati. Suatu proses yang tidak diinginkan oleh beberapa makhluk yang tak siap bekal untuk pulang ke kampung akhirat yang kekal. Suatu proses dimana sangat diinginkan oleh sejumlah makhluk, sangat dinanti. Bagaimana tidak, bekal dapat dikatakan cukup, bertemu dengan Kekasih sejati, yang selama ini hanya diimajinasi, hanya tertutup oleh beda alam. Namun, cinta Kekasih sejatinya itu dimana-mana selama makhluk itu di dunia. Pertemuan yang indah, bahkan lebih indah dari dunia dan seisinya, gundah gulanapun hilang, mendapat balasan cinta di surgaNya.

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kalimat yang merupakan peringatan, bahwa bukan keburukan saja sebagai penanda bahwa kita sedang diuji, namun kebaikanpun adalah ujian. Ya, namanya ujian, hanya ada dua keluaran setelahnya, lulus atau tidak lulus. Bagi yang pernah kuliah, lulus semua ujian pada setiap tahapan, akan disematkan titel padanya ketika wisuda, dan terjadi sebaliknya, jika tidak lulus, harus belajar lebih keras untuk bisa lulus dan mendapatkan titel itu. Jika masih tidak lulus? DO yang dikenal. Analogi sederhana, ujian dalam hiduppun seperti itu, ada yang mudah, dan ada yang sulit, mudah itu setara dengan keburukan, sulit itu setara dengan kebaikan. Ini pendapat pribadi ya. Keburukan mudah sekali direpresentasikan sebagai sebuah ujian yang mudah, misalnya seseorang tidak shalat, bahkan orang lainpun tahu bahwa itu adalah cobaan/ujian kepada si fulan. Sebaliknya, ujian kebaikan adalah ujian tersulit. Ketika seseorang melakukan kebaikan, namun dalam hati tidak ada niat ikhlas hanya untuk Allah, niatnya ini itu, maka sia-sia apa yang dikerjakan si fulan. Orang lain tidak ada yang tahu, cuma Allah. Jadi ingat hadist pertama dalam hadist Arbain an Nawawi, setiap perbuatan tergantung niatnya. Ikhlas, mungkin ini kata kunci untuk berbuat kebaikan. Ikhlas karena Allah, pekerjaan apapun itu, insya Allah berkah di dunia dan akhirat. Pada akhirnya ketika seseorang lulus dalam kedua ujian tersebut, titel tertinggi adalah termasuk golongan orang-orang bertakwa.

Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami. Akhiran ayat yang menjadikan simpulan dari dua ayat sebelumnya, apapun keadaan kita sekarang, kita akan kembali hanya kepada Allah dan itu adalah keniscayaan. Diri suci dititipkan di dunia, mengalami ujian, dan akhirnya kembali ke pangkuan Allah, tidak tahu dalam keadaan masih suci atau tidak. Pilihan ada ditangan kita, menjadi orang yang sering berbuat kebaikan dengan keikhlasan, atau sering berbuat buruk, juga dengan keikhlasan. Pilih mengakhiri cinta suci ini dengan baik atau buruk?

Semoga kita digolongkan ke dalam orang-orang yang beruntung (Al Ashr: 3).





03 Mei 2013

Muhasabah di Jumat yang Agung

Alhamdulillah, saya mempunyai sahabat-sahabat yang baik dan selalu menasehati dikala hati ini sedang jauh dari Allah.

Begitu pula setiap jum'at, sebelum shalat jum'at dilaksanakan, ada khatib menyampaikan khutbah. Namun khutbah jum'at ini begitu berkesan, dan membuat mata ini tak terpejam sedikitpun.  Kesannya takut dan membuat otak ini memutar kembali dosa-dosa yang telah diperbuat di masa lampau.

Astagfirullahalazhim..

Disampaikan bahwa salah seorang sahabat rasul bernama muadz bin jabal bertanya kepada Rasulullah tentang Qu'ran surat an-naba ayat 18: "Pada saat sangkakala ditiup, maka kamu sekalian datang berbaris-baris." (QS. An-Naba': 18)

Mendengar pertanyaan itu, Rasulullah menangis. Lalu menjawab: "Wahai Muadz, engkau telah bertanya kepadaku, perkara yang amat besar, bahwa umatku akan digiring, dikumpulkan berbaris-baris." 

Barisan Pertama

Mereka digiring dari kubur dengan tidak bertangan dan berkaki. Keadaan mereka ini dijelaskan melalui satu seruan dari sisi Allah Yang Maha Pengasih: "Mereka itu adalah orang-orang yang sewaktu hidupnya menyakiti hati tetangganya, maka demikianlah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Kedua

Digiring dari kubur berbentuk babi hutan. Maka, datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih: "Mereka itu adalah orang yang sewaktu hidupnya meringan-ringankan sholat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Ketiga

Mereka berbentuk keledai, sedangkan perut mereka penuh dengan ular dan kala jengking. Maka, datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih : "Mereka itu adalah orang yang enggan membayar zakat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Keempat

Digiring dari kubur dengan keadaan darah seperti air pancuran keluar dari mulut mereka. Maka, datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih : "Mereka itu adalah orang yang berdusta di dalam jual beli, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Kelima

Mereka digiring dari kubur dengan bau busuk dari bangkai. Ketika itu Allah menurunkan angin sehingga bau busuk itu mengganggu ketenteraman di Padang Mahsyar. Maka, datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih : "Mereka itu adalah orang yang menyembunyikan perlakuan durhaka takut diketahui oleh manusia tetapi tidak pula merasa takut kepada Allah, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Keenam

Mereka igiring dari kubur dengan keadaan kepala mereka terputus dari badan. Maka, datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih : "Mereka adalah orang yang menjadi saksi palsu, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Ketujuh

Mereka digiring dari kubur tanpa mempunyai lidah tetapi dari mulut mereka mengalir keluar nanah dan darah. Maka, datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih : "Mereka itu adalah orang yang enggan memberi kesaksian di atas kebenaran, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Kedelapan.

Mereka digiring dari kubur dalam keadaan terbalik dengan kepala ke bawah dan kaki ke atas. Maka, datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih : "Mereka adalah orang yang berbuat zina, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Kesembilan.

Mereka digiring dari kubur dengan berwajah hitam gelap dan bermata biru sementara dalam diri mereka penuh dengan api gemuruh. Maka, datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih : "Mereka itu adalah orang yang makan harta anak yatim dengan cara yang tidak sebenarnya, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Kesepuluh

Mereka digiring dari kubur mereka dalam keadaan tubuh mereka penuh dengan penyakit sopak dan kusta. Maka, datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih : "Mereka adalah orang yang durhaka kepada orang tuanya, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Kesebelas.

Mereka digiring dari kubur mereka dengan berkeadaan buta mata-kepala, gigi mereka memanjang seperti tanduk lembu jantan, bibir mereka melebar sampai ke dada dan lidah mereka terjulur memanjang sampai ke perut mereka dan keluar beraneka kotoran. Maka, datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih : "Mereka adalah orang yang minum arak, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah neraka..."

Barisan Kedua Belas

Mereka digiring dari kubur dengan wajah yang bersinar-sinar laksana bulan purnama. Mereka melalui titian sirat seperti kilat. Maka, datanglah suara dari sisi Allah Yang Maha Pengasih memaklumkan: "Mereka adalah orang yang beramal saleh dan banyak berbuat baik. Mereka menjauhi perbuatan durhaka, mereka memelihara sholat lima waktu, ketika meninggal dunia keadaan mereka sudah bertaubat, maka inilah balasannya dan tempat kembali mereka adalah syurga, mendapat ampunan, kasih sayang dan keridhoan Allah Yang Maha Pengasih..." (http://mutiara-fiqh.blogspot.com/2012/11/12-barisan-di-padang-mahsyar.html)

Jika saya meninggal hari-hari kemarin, saya sudah termasuk dalam beberapa golongan diatas kecuali barisan kedua belas. Astagfirullah, begitu mudah setan bermain dalam hati ini, sehingga banyak yang terlalai, banyak yang tak termanfaatkan, dan banyak penyakit hati lainnya yang hampir dalam tingkat kompleks.

Mudah-mudahan postingan ini bisa terus mengingatkan saya dan kepada para sahabat dan teman-teman saya, bahwa tiada barisan yang lebih baik selain barisan kedua belas, yang ada padanya adalah pancaran cahaya, cahaya ilahi.

Saya mohon maaf jika ada kesalahan yang disengaja ataupun tidak disengaja kepada sahabat-sahabat saya. Insya Allah, kita akan selalu saling mengingatkan untuk perbaikan diri ke depan. Jangan pernah takut menegur saya jika ada salah.. Syukran jiddan sekali lagi kepada sahabat-sahabat yang telah menasehati dan memberikan penguatan bahwa proses apa saja harus tetap dinikmati, dengan memperbanyak amal ibadah untuk memperbaiki kualitas diri.