06 Mei 2013

Pilih mana, mengakhiri dengan baik atau buruk?

Kullu nasfsin dzaaaiqotul mauut, wa nab'luukum bissyarri wal khoiri fitnah, wa ilainaa turja'un. (QS Al Anbiya: 35). Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.

Salah satu surat di dalam Al Qur'an yang begitu populer, jika dalam suatu interval waktu, kita dihadapkan dalam cobaan itu. Tentu ekspektasinya, cobaan itu bukan menimpa diri kita, tetapi orang lain. Bagaimana tidak, amal belum apa-apa, sudah dijemput paksa oleh malaikat Izrail. Tidak ada tawar menawar, tidak ada komunikasi terlebih dahulu, dan celakanya, tidak memandang usia, jabatan, profesi, dan lain lain. Muda, tua, tampan, cantik, presiden, ulama sekalipun tak dapat melobi malaikat menunda pekerjaan itu, titah Allah yang sudah ditulis di lauhul Mahfudz.

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Jika dilihat dari konteks biologis, yang memiliki nyawa, termasuk hewan, dan tumbuhan akan mati. Suatu proses yang tidak diinginkan oleh beberapa makhluk yang tak siap bekal untuk pulang ke kampung akhirat yang kekal. Suatu proses dimana sangat diinginkan oleh sejumlah makhluk, sangat dinanti. Bagaimana tidak, bekal dapat dikatakan cukup, bertemu dengan Kekasih sejati, yang selama ini hanya diimajinasi, hanya tertutup oleh beda alam. Namun, cinta Kekasih sejatinya itu dimana-mana selama makhluk itu di dunia. Pertemuan yang indah, bahkan lebih indah dari dunia dan seisinya, gundah gulanapun hilang, mendapat balasan cinta di surgaNya.

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kalimat yang merupakan peringatan, bahwa bukan keburukan saja sebagai penanda bahwa kita sedang diuji, namun kebaikanpun adalah ujian. Ya, namanya ujian, hanya ada dua keluaran setelahnya, lulus atau tidak lulus. Bagi yang pernah kuliah, lulus semua ujian pada setiap tahapan, akan disematkan titel padanya ketika wisuda, dan terjadi sebaliknya, jika tidak lulus, harus belajar lebih keras untuk bisa lulus dan mendapatkan titel itu. Jika masih tidak lulus? DO yang dikenal. Analogi sederhana, ujian dalam hiduppun seperti itu, ada yang mudah, dan ada yang sulit, mudah itu setara dengan keburukan, sulit itu setara dengan kebaikan. Ini pendapat pribadi ya. Keburukan mudah sekali direpresentasikan sebagai sebuah ujian yang mudah, misalnya seseorang tidak shalat, bahkan orang lainpun tahu bahwa itu adalah cobaan/ujian kepada si fulan. Sebaliknya, ujian kebaikan adalah ujian tersulit. Ketika seseorang melakukan kebaikan, namun dalam hati tidak ada niat ikhlas hanya untuk Allah, niatnya ini itu, maka sia-sia apa yang dikerjakan si fulan. Orang lain tidak ada yang tahu, cuma Allah. Jadi ingat hadist pertama dalam hadist Arbain an Nawawi, setiap perbuatan tergantung niatnya. Ikhlas, mungkin ini kata kunci untuk berbuat kebaikan. Ikhlas karena Allah, pekerjaan apapun itu, insya Allah berkah di dunia dan akhirat. Pada akhirnya ketika seseorang lulus dalam kedua ujian tersebut, titel tertinggi adalah termasuk golongan orang-orang bertakwa.

Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami. Akhiran ayat yang menjadikan simpulan dari dua ayat sebelumnya, apapun keadaan kita sekarang, kita akan kembali hanya kepada Allah dan itu adalah keniscayaan. Diri suci dititipkan di dunia, mengalami ujian, dan akhirnya kembali ke pangkuan Allah, tidak tahu dalam keadaan masih suci atau tidak. Pilihan ada ditangan kita, menjadi orang yang sering berbuat kebaikan dengan keikhlasan, atau sering berbuat buruk, juga dengan keikhlasan. Pilih mengakhiri cinta suci ini dengan baik atau buruk?

Semoga kita digolongkan ke dalam orang-orang yang beruntung (Al Ashr: 3).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar